Bahayakah serangga Tomcat? Jangan Panik!
Beberapa hari terakhir masyarakat diresahkan dengan kasus seranggga Tomcat yang membuat kulit melepuh. Sebenarnya serangga Tomcat sendiri sudah ada sejak dulu, namun akhir-akhir ini serangga Tomcat semakin banyak populasinya. Di daerah Jawa Timur yang terkena dampak populasi serangga Tomcat ini. Banyak warga yang terkena bisa atau racun yang dihasilkan serangga Tomcat, sehingga menyebabkan kulit yang terkena racun tersebut menjadi melepuh, gatal-gatal dan terasa panas.
Ciri utama dari Tomcat secara fisik adalah bentuk tubuhnya yang panjang dengan warna kuning kecoklatan pada bagian dada (thorak) dan perut (abdomen) dengan kepala dan perut belakang berwarna hitam. Nama lain dari Tomcat adalah kumbang rove dan semut semai dan charlie (Hah?!). Tomcat berbeda dengan semut pada umumnya, jika semut pada umumnya menggigit (misalnya di kulit kita), namun Tomcat tidak. Namun justru Tomcat menjadi lebih berbahaya dari semut lainnya karena dia mengeluarkan toksin atau racun ketika bersentuhan dengan kulit, bahkan dia juga akan mengeluarkan racunnya di pakaian, handuk atau benda-benda lainnya. Racun bernama aederin yang memiliki rumus kimia C24H43O9N.
Berikut foto yang lebih jelas :
Tomcat sejatinya adalah teman petani, karena habitat dia adalah di persawahan dan makanannya adalah musuh abadi petani, wereng! Namun karena lahan pertanian semakin berkurang, di samping penggunaan insektisida yang berlebih, akhirnya habitat Tomcat semakin terdesak, makanan utamanya menjadi jauh berkurang, apa yang terjadi? Si Tomcat akan mencari habitat lain untuk mempertahankan hidupnya. Karena dia aktif di malam hari dan suka tempat yang terang benderang, maka pemukiman manusia adalah jawabannya…jeng…jeng…jeng… Jika boleh dianalogikan, “serangan” Tomcat ini sama kasusnya dengan masuknya sekawanan gajah ke perkampungan karena habitat aslinya diambil oleh manusia, nah lho! Selain itu, populasi Tomcat yang meledak ini dikarenakan saat ini adalah musim hujan (Tomcat suka tempat lembab) yang berbarengan dengan musim panen, sehingga habitatnya terganggu.
Tidak perlu panik atau bisa dikatakan "lebay" dengan adanya fenomena Tomcat ini, karena ini adalah hal yang biasa. Para petani sudah sangat familiar dengan serangga yang satu ini dan tidak pernah mendapat masalah dengannya.
Tomcat tidaklah begitu berbahaya seperti judul-judul headline surat kabar yang menyeramkan itu, bahkan hewan ini sebenarnya membantu petani mengatasi hama wereng. Tomcat adalah Agensi Hayati yang bermanfaat untuk mengurangi Populasi Wereng dalam Tanaman Padi. Populasi serangga tomcat ini meningkat seirama dengan umur tanaman padi, dan mencapai puncaknya pada saat padi berumur 1.5 bulan dan terus stabil sampai masa panen tiba. Semoga bermanfaat!
Ciri utama dari Tomcat secara fisik adalah bentuk tubuhnya yang panjang dengan warna kuning kecoklatan pada bagian dada (thorak) dan perut (abdomen) dengan kepala dan perut belakang berwarna hitam. Nama lain dari Tomcat adalah kumbang rove dan semut semai dan charlie (Hah?!). Tomcat berbeda dengan semut pada umumnya, jika semut pada umumnya menggigit (misalnya di kulit kita), namun Tomcat tidak. Namun justru Tomcat menjadi lebih berbahaya dari semut lainnya karena dia mengeluarkan toksin atau racun ketika bersentuhan dengan kulit, bahkan dia juga akan mengeluarkan racunnya di pakaian, handuk atau benda-benda lainnya. Racun bernama aederin yang memiliki rumus kimia C24H43O9N.
Berikut foto yang lebih jelas :
Tomcat sejatinya adalah teman petani, karena habitat dia adalah di persawahan dan makanannya adalah musuh abadi petani, wereng! Namun karena lahan pertanian semakin berkurang, di samping penggunaan insektisida yang berlebih, akhirnya habitat Tomcat semakin terdesak, makanan utamanya menjadi jauh berkurang, apa yang terjadi? Si Tomcat akan mencari habitat lain untuk mempertahankan hidupnya. Karena dia aktif di malam hari dan suka tempat yang terang benderang, maka pemukiman manusia adalah jawabannya…jeng…jeng…jeng… Jika boleh dianalogikan, “serangan” Tomcat ini sama kasusnya dengan masuknya sekawanan gajah ke perkampungan karena habitat aslinya diambil oleh manusia, nah lho! Selain itu, populasi Tomcat yang meledak ini dikarenakan saat ini adalah musim hujan (Tomcat suka tempat lembab) yang berbarengan dengan musim panen, sehingga habitatnya terganggu.
Tidak perlu panik atau bisa dikatakan "lebay" dengan adanya fenomena Tomcat ini, karena ini adalah hal yang biasa. Para petani sudah sangat familiar dengan serangga yang satu ini dan tidak pernah mendapat masalah dengannya.
Tomcat tidaklah begitu berbahaya seperti judul-judul headline surat kabar yang menyeramkan itu, bahkan hewan ini sebenarnya membantu petani mengatasi hama wereng. Tomcat adalah Agensi Hayati yang bermanfaat untuk mengurangi Populasi Wereng dalam Tanaman Padi. Populasi serangga tomcat ini meningkat seirama dengan umur tanaman padi, dan mencapai puncaknya pada saat padi berumur 1.5 bulan dan terus stabil sampai masa panen tiba. Semoga bermanfaat!
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar... Terima kasih!